Thursday, March 24, 2011

Pandangan serta Mitologi masyarakat Sunda

Sunda merupakan suku bangsa yang ada di Indonesia yang terletak di kawasan jawa barat, daerah ini di kenal juga dengan tanah pasundan atau tatar sunda. mayoritas masyarakat sunda menganut agama islam hal ini dipengaruhi oleh pengaruh kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di tataran sunda ini, seperti misalnya kerajaan Banten. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa adanya pengaruh Hindu dan Budha cukup besar terhadap budaya masyarakat Sunda, hal ini dipengaruhi karena pernah berdirinya salah satu kerajaan besar yang dulu pernah berjaya dan berpusat di Jawa Barat, kerajaan tersebut adalah kerajaan Padjajaran. Selain itu pengaruh agama atau kepercayaan local pun masih melekat dalam social dan budaya Sunda seperti Sunda wiwitan.    
Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius dan santun, yaitu budaya yang menjunjung tinggi kesopanan, ramah tamah, lemah lembut, sangat menghormati orang tua, dan menyayangi orang yang lebih kecil, serta membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan.
Itulah cerminan budaya dan kultur masyarakat Sunda yang sudah mendarah daging dalam jiwa masyarakat Sunda. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pribahasa Sunda yaitu silih asih, silih asah, dan silih asuh (saling mengasihi, saling mempertajam diri, saling
memelihara, dan melindungi).

Sunda itu air, sebab salah satu arti kata Sunda dalam bahasa Sansekerta itu adalah air. Seperti halnya juga dengan sungai, sebutan sungai dalam bahasa Sunda berarti gambaran hidup
manusia. Dicontohkannya, penamaan tempat dan sungai selalu dimulai dengan kata ci
seperti Cicaheum, Cimahi, Cilauteureun, Citarum, dst. Bahkan, salah satu pengertian kata "Bandung" juga berarti danau. Karena Bandung mempunyai riwayat sejarah sebagai Danau Purba.
Jadi, cai (air) dalam kehidupan orang Sunda adalah gambaran hidup manusia.
Filosofi air ini hanya bagian dari uraian luas tentang Rawayan Jati (alur pikir pandangan hidup orang Sunda yang religius) yang disampaikan

Rawayan Jati itu
dimulai dengan sirnaning cipta,
kesadaran dan pengakuan sebagai hamba ciptaan anu
maha ngersakeun, sanghiyang tunggal
.
Sedangkan manusia sebagai makhluk (ciptaan) diberi tugas
mensejahterakan dunia yang disebut sirnaning
rasa
, kesadaran bahwa manusia hidup
diberi amanah untuk menjadi khalifah.

Hal-hal tersebut bertujuan pada suatu tujuan yaitu kebaikan, sama halnya seperti dalam sisi religi semua agama. Pandangan hidup tersebut banyak juga terpengaruh dari unsur kesenian Sunda itu
sendiri yaitu Pewayangan.
Pewayangan ini secara kronologis merupakan salah satu alat komunikasi masyrakat sunda terhadap sang pencipta. Seni wayang pada awalnya merupakan cara syukur masyarakat sunda terhadap Sang Pencipta terhadap karunianya. Lalu Pewayangan tersbut berkembang sebagai media perkembangan suatu kepercayaan. Di dalamnya di bubuhi karakter-karakter, norma-norma, serta perintah dalam agama. Dengan adanya hal tersebut maka pandangan hidup orang Sunda pun terpengaruhi oleh beberapa unsur Religi. Seperti contohnya seperti epos Mahabrata
dan Ramayana.
Cerita-cerita wawacan tersebut diambil dari cerita-cerita islam dan hindu.
Dalam mitologi Sunda, yakni himpunan dongeng-dongeng suci Sunda, ada pula banyak unsur-unsur yang bukan Islam. Orang-orang petani Sunda mengenal dongeng-dongeng yang erat menyangkut paut dengan padi, misalnya Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Hal-hal tersebut pun menjadi salah satu faktor terhadap sistem kemasyarakatan Masyarakat Sunda. Dengan adanya hal tersebut maka timbulah beberapa Norma-norma dan pranata sosialnya.
Sistem perekonomian Masyarakat sunda lebih cenderung pada pertanian dan perkebunan ini di sebabkan oleh kontur geografis yang pada umumnya adalah pengunungan dan perbukitan. Kontur geografis tersebut itulah yang membentuk budaya pertanian dalam bentuk tradisi huma dan palawija. Sistem cocok tanam ini yang lebih menggantungkan diri pada keteraturan dan curah turunnya hujan, bukan pada irigasi. Hal ini bisa dimengerti karena pada umunya wilayah Sunda, Jawa Barat, memiliki curah hujan yang tinggi. Maka dari itu masyarakat Sunda berevolusionisme terhadap kebudayaan yang hingga memebentuk suatu sistem kepercayaan / religi. Ini di sebabkan karena adanya adaptasi dari lingkungan.
Dengan kata lain, seperti Sunan Ambu dan Dewi Sri (salah satu tokoh kahyangan) yang di percaya sebagai dewi padi ini sebagai performa ideal, struktur mitologi Sunda didasarkan pada kearifan tokoh "ibu". Ini terlihat juga pada pola mata pencaharian dalam bentuk pertanian, yang mengedepankan simbol kesuburan, yaitu sosok perempuan. Dengan adanya hal tersebut maka timbulah suatu ritual tradisi masyarakat sunda yang menyampaikan rasa syukur terhadap karunia yang telah di berikan oleh sang pencipta. Ritual ini masih ada hingga saat ini seperti misalnya seren taun di Kuningan.
Rasionalitas dari mitologi sunda terletak pada pola tritangtu Sunda. Pola tiga ini banyak hadir dalam realitas kesadaran masyarakat Sunda untuk memaknai realitas faktual ruang Sunda. Pola hubungan tiga ini ada dalam pengaturan kampungnya, pengaturan rumah tinggalnya, pengaturan ekologinya (leuweung, lembur laut), pola tenunnya, pola peralatannya, dan banyak lagi. Dasar dari semuanya ini adalah pola kosmiknya yang holistik. Ada langit (dunia atas), ada bumi (dunia bawah) dan ada dunia manusia (dunia tengah).
Jadi, mitos Nyi Pohaci mengandung hasil renungan pemikiran manusia Sunda lama tentang bagaimana asal-usul adanya segala macam tumbuhan yang amat bermanfaat bagi masyarakat Sunda. Bagaimana berbagai jenis padi itu ada. Bagaimana bambu itu ada. Bagaimana jenis tanaman merambat itu ada. Bagaimana pohon enau itu ada? Bahkan bagaimana rumput-rumput itu ada. Semua itu diperlukan orang Sunda setiap hari bagi kepentingan kelangsungan hidupnya.
Padi untuk makanan pokok. Tanaman merambat untuk makanan tambahan. Rumput untuk ternak. Bambu untuk rumah. Dari pohon enau diperoleh ijuk untuk atap rumah. Enau juga menghasilkan tuak untuk kepentingan upacara religi. Dan masih banyak lagi rinciannya. Semua itu dari mana asalnya? Tentu bukan dari usaha manusia sendiri. Semua itu hadir secara eksistensial berkat hukum spontanitas dunia rohani tadi. Tentu saja pola pikir yang demikian itu bukan monopoli manusia Sunda. Semua mitologi umat manusia berpola demikian. Persoalannya bagaimana alam lingkungan yang tersedia bagi manusia Sunda diberi tanggapan lewat realitas kesadarannya (budaya). Alam lingkungan Sunda ditanggapi oleh manusia-manusianya dengan hidup berladang (huma). Pilihan hidup berhuma inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan eksistensial, dari mana tanaman padi yang ajaib itu (makanan pokok yang memungkinkan hidup terus berlangsung) berasal? Karena huma bergantung pada hujan, maka alamat langit sebagai "pemberi hujan" menjadi lebih penting dari bumi-tanah yang kering. dan "basah" (hujan) adalah asas "perempuan". Maka semua tumbuhan itu asalnya dari tubuh perempuan dunia atas, Nyi Pohaci. Pemberi hidup itu adalah indung, ibu. Dan lelaki itu melengkapi.


http://sukapura.wordpress.com/2008/07/05/
http://www.mail-archive.com/kisunda@yahoogroups.com/msg09026.html
http://galuh-purba.com/pamali-jeung-sanget-papagon-kolot-baheula-dina-ngaraksa-ngariksa-jeung-ngamumule-lingkungan-hirup/